Ngariung

Ada banyak cara untuk membingkai sebuah pameran, dan “Ngariung” mengajak kita untuk memulai dengan kejujuran. Kata itu sendiri —bahasa Sunda untuk “berkumpul”— terdengar ringan tanpa beban, meski tengah berupaya mempertemukan begitu banyak praktik, suara dan disiplin ilmu ke dalam satu peristiwa. “Ngariung”, dalam kesederhanaannya, kata ini mampu menangkap semangat akrab dan meriah dari suatu perayaan, tanpa perlu menjelaskan dirinya terlalu jauh.

Maka, kita menerima kata itu apa adanya. Kita berkumpul dan bercengkrama dengan yang ada. Karya-karya dalam pameran ini berasal dari momen dan tujuan yang berbeda dan mereka saling bertemu satu sama lain seperti halnya manusia: melalui gestur-gestur kecil, dan kenyamanan untuk berdampingan, tanpa membutuhkan koherensi yang sempurna.

Seiring Dia.Lo.Gue merayakan ulang tahunnya yang kelima belas dan membuka pintu rumah barunya, “Ngariung” menjadi lebih dari sekedar tema. Ia menjelma menjadi sebuah metode, sebuah ruang dimana ragam sudut pandang bertemu dan makna-makna baru tumbuh dan terbentuk di sekitar kata muasal tersebut.

Ykha Amelz